Oleh: Neng Rodhiyyatillah
Beruntunglah
kita sebagai seorang muslim, karena pada setiap hitungan detik, jam,
hari, minggu, bulan, dan tahun selalu ada bonus dan hadiah pahala yang
berlipat ganda bagi orang-orang yang mau mengejarnya. Semua orang bisa
mendapatkan bonus tersebut tanpa pengecualian asalkan mau menjalankankan
prosesnya.
Pada setiap hari kita diberi hadiah taburan kebaikan yaitu pada setiap shalat fardhu, pada sepertiga malam….
Pada
setiap minggu kita diberi hadiah hari juma't.Pada setiap bulan, hampir
seluruh bulan-bulan Qamariyyah memiliki keutamaan. Pada setiap tahun
kita diberi hadiah Ramadhan yang didalamnya terdapat Lailatul Qadar.
Sangat rugi jika kita tidak mengambil setiap kesempatan yang telah Allah
anugerahkan untuk berburu kebaikan.
Selain menurut rentang
waktu, Allah juga memberikan hadiah kebaikan yang berlipat ganda sesuai
tempat mengerjakannya. Contohnya, shalat yang dilakukan di Masjid Nabawi
pahalanya sama dengan seribu kali shalat. Begitu juga shalat yang
didirikan di Masjidil Haram pahalanya sama dengan seratus ribu shalat.
Salah satu bulan yang memiliki banyak keistimewaan ialah bulan
Dzulhijjah atau bulan haji. Terutama, pada sepuluh hari pertama dari
bulan Dzulhijjah, diantara keutamaannya adalah:
1. Sepuluh Hari Pertama Bulan Dzulhijjah merupakan waktu yang mulia dan barakah
Keutamaan
pertama dari Keutamaan Sepuluh Hari Pertama Bulan Dzulhijjah adalah,
bahwa waktu itu adalah waktu yang mulia dan barakah.
Bukti kemuliaan ini adalah sumpah Allah Ta’ala dalam Al-Qur’an al-Karim:
((وَالْفَجْرِ وَلَيَالٍ عَشْر))
"Demi fajar dan demi malam yang sepuluh". [Al-Fajr: 1-2]
Menurut
Imam al-Thabari dalam tafsirnya yang dimaksud “Wa layaalin ‘asr (dan
malam yang sepuluh)" adalah adalah malam-malam sepuluh Dzulhijjah
berdasarkan kesepakatan hujjah dari ahli tafsir.”
Ibnu Katsir
juga menjelaskan hal yang sama dalam tafsir Qur'anil adhim. “Dan
malam-malam yang sepuluh," adalah sepuluh (hari pertama) Dzulhijjah
sebagaimana yang disebutkan oleh Ibnu Abbas, Ibnu Zubair, Mujahid, dan
lebih dari satu ulama salaf dan khalaf.
Kemuliaan sepuluh hari
ini juga disebutkan dalam Surat Al-Hajj dengan perintah agar
memperbanyak menyebut nama Allah pada hari-hari tersebut. Allah Ta’ala
berfirman:
((وَأَذِّنْ فِي النَّاسِ بِالْحَجِّ يَأْتُوكَ رِجَالًا
وَعَلَى كُلِّ ضَامِرٍ يَأْتِينَ مِنْ كُلِّ فَجٍّ عَمِيقٍ لِيَشْهَدُوا
مَنَافِعَ لَهُمْ وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ فِي أَيَّامٍ مَعْلُومَاتٍ
عَلَى مَا رَزَقَهُمْ مِنْ بَهِيمَةِ الْأَنْعَامِ))
“Dan
berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan
datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus
yang datang dari segenap penjuru yang jauh, supaya mereka menyaksikan
berbagai manfaat bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah pada
hari yang telah ditentukan atas rezeki yang Allah telah berikan kepada
mereka berupa binatang ternak.” (QS. Al-Hajj: 27-28)
Imam Ibnu
Katsir dalam menafsirkan ayat ini menukil riwayat dari Ibnu Abbas
radhiyallaahu 'anhuma, “al-Ayyam al-Ma’lumat (hari-hari yang
ditentukan) adalah hari-hari yang sepuluh.” (Tafsir Ibnu Katsir)
Maka
dapat disimpulkan bahwa keutamaan dan kemuliaan hari-hari yang sepuluh
dari Dzulhijjah telah datang secara jelas dalam Al-Qur’an al-Karim yang
dinamakan dengan Ayyam Ma’lumat karena keutamaannya dan kedudukannya
yang mulia.
Sedangan dari hadits, terdapat keterangan yang
menunjukkan keutamaan dan kemuliaan sepuluh hari pertama dari bulan
Dzulhijjah ini, di antaranya sabda Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam:
وعن
ابن عباس رضي الله عنهما ، قَالَ : قَالَ رسول الله - صلى الله عليه وسلم -
: (( مَا مِنْ أيَّامٍ ، العَمَلُ الصَّالِحُ فِيهَا أحَبُّ إِلَى اللهِ
مِنْ هذِهِ الأَيَّام )) يعني أيام العشر . قالوا : يَا رسولَ اللهِ ،
وَلاَ الجِهَادُ في سَبيلِ اللهِ ؟ قَالَ : (( وَلاَ الجِهَادُ فِي سَبِيلِ
اللهِ ، إِلاَّ رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ ، فَلَمْ يَرْجِعْ
مِنْ ذَلِكَ بِشَيءٍ )) رواه البخاري
"Tidak ada satu amal shaleh
yang lebih dicintai oleh Allah melebihi amal shaleh yang dilakukan pada
hari-hari ini (yaitu 10 hari pertama bulan Dzul Hijjah)." Para sahabat
bertanya: "Tidak pula jihad di jalan Allah?" Nabi shallallaahu 'alaihi
wasallam menjawab: "Tidak pula jihad di jalan Allah, kecuali orang yang
berangkat jihad dengan jiwa dan hartanya namun tidak ada yang kembali
satupun." (HR. Bukhari)
Lantas manakah yang lebih utama, apakah 10 hari pertama Dzulhijah ataukah 10 malam terakhir bulan Ramadhan?
Ibnul
Qayyim rahimahullah dalam Zaadul Ma’ad memberikan penjelasan yang bagus
tentang masalah ini. Beliau rahimahullah berkata, “Sepuluh malam
terakhir bulan Ramadhan lebih utama dari sepuluh malam pertama dari
bulan Dzulhijjah. Dan sepuluh hari pertama Dzulhijah lebih utama dari
sepuluh hari terakhir Ramadhan. Dari penjelasan keutamaan seperti ini,
hilanglah kerancuan yang ada. Jelaslah bahwa sepuluh hari terakhir
Ramadhan lebih utama ditinjau dari malamnya. Sedangkan sepuluh hari
pertama Dzulhijah lebih utama ditinjau dari hari (siangnya) karena di
dalamnya terdapat hari nahr (qurban), hari ‘Arofah dan terdapat hari
tarwiyah (8 Dzulhijjah).”
2. Amal pada Sepuluh Hari Pertama Bulan Dzulhijjah paling dicintai Allah
Keutamaan
kedua dari 10 Keutamaan Sepuluh Hari Pertama Bulan Dzulhijjah adalah,
bahwa amal di waktu itu paling dicintai Allah Ta'ala.
((مَا مِنْ
أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيهَا أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ هَذِهِ
الْأَيَّامِ يَعْنِي أَيَّامَ الْعَشْرِ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَلَا
الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ قَالَ وَلَا الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ
اللَّهِ إِلَّا رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ
ذَلِكَ بِشَيْءٍ))
“Tidak ada satu amal shaleh yang lebih
dicintai oleh Allah melebihi amal shaleh yang dilakukan pada hari-hari
ini (yaitu 10 hari pertama bulan Dzul Hijjah).” Para sahabat bertanya:
“Tidak pula jihad di jalan Allah?” Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam
menjawab: “Tidak pula jihad di jalan Allah, kecuali orang yang berangkat
jihad dengan jiwa dan hartanya namun tidak ada yang kembali satupun."
(HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah).
Sa’id bin Jubair
-Rahimahullah- (ia periwayat hadits Ibnu Abbas diatas), apabila memasuki
sepuluh hari pertama (di bulan Dzulhijjah) ia sangat bersungguh-sungguh
dalam beribadah (sampai batas akhir kemampuannya). (Diriwayatkan oleh
Ad Daarimi dengan sanad yang hasan).
Imam Ibnu Hajar dalam kitab
Fathul Baari berkata: “Sebab yang tampak dari keistimewaan sepuluh hari
pertama Dzulhijjah adalah karena pada waktu tersebut berkumpul induk
ibadah-ibadah yang agung. Yaitu shalat, puasa, shadaqah dan haji. Yang
mana hal ini tidak diperoleh dalam bulan bulan yang lain.”
Para
muhaqqiq dari kalangan ahlul ilmi berkata, “Sepuluh hari pertama pada
bulan Dzulhijjah adalah hari-hari yang paling utama, dan sepuluh malam
terakhir dari bulan Ramadhan adalah malam-malam yang paling utama.
Amalan apa saja yang bisa dikerjakan di Sepuluh Hari pertama bulan dzulhijjah?
Dalam
hadist di atas Rasulullah saw. Bersabda: " الْعَمَلُ الصَّالِحُ", amal
sholeh secara umum, tidak terbatas hanya pada amalan tertentu, diantara
amal sholeh: tilawah al-Quran, dzikir, tasbih, tahmid, takbir, amar
ma'ruf nahyi munkar, shalat, sodaqah, silaturrahim, birrul walidain,
dll.. pada intinya amal sholeh itu banyak dan tidak terbatas.
Akan kita sebutkan amal sholeh yang bisa dikerjakan diantaranya:
1. Berdzikir
Firman Allah swt:
وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ فِي أَيَّامٍ مَعْلُومَاتٍ عَلَى مَا رَزَقَهُمْ مِنْ بَهِيمَةِ الْأَنْعَامِ [الحج:28]
Yang
di maksud "Ayyam Ma'lumat" di sini adalah sepuluh hari pertama pada
bulan dzulhijjah. Maka pada hari-hari tersebut dianjurkan untuk
memperbanyak takbir (الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، لا إله إلا الله،
الله أكبر الله أكبر، ولله الحمد), tahlil, tahmid dimana pun kita berada.
Karena Nabi saw. selalu berdzikir dalam setiap keadaan.
Berkata
Imam Al Bukhari -Rahimahullah-, “Ibnu Umar dan AbuHurairah
-Radhiyallahu ‘anhuma- keluar ke pasar, seraya mengumandangkan takbir,
lalu orang-orang pun mengikuti takbirnya”.Beliau juga berkata, “Umar
bertakbir di dalam kemahnya di Mina, hingga dapat didengar oleh
orang-orang di masjid. Mereka pun mengikutinya, demikian juga
orang-orang di pasar turut bertakbir. Hingga Mina dipenuhi oleh gema
takbir”, Ibnu Umar bertakbir pada waktu itu di Mina. Setelah selesai
shalat, diatas ranjang, di dalam tendanya, di majelisnya dan ketika
berjalan. Disunnahkan untuk menjahrkan (mengeraskan) takbir sebagaimana
yang dilakukan Umar, puteranya dan Abu Hurairah.Maka sepantasnyalah kita
sebagai kaum muslimin untuk menghidupkan sunnah ini yang pada masa ini
nyaris hilang.
2. Berpuasa
Disunnahkan untuk
berpuasa dari taggal 1 sampai 9 bulan dzulhijjah. Sebagaiamna kita
ketahui bahwa puasa adalah satu amalan sholeh yang yg paling utama dan
yg dipilih Allah untuk diri-Nya. Disebutkan dalam hadits qudsi,
((الصوم لي وأنا أجزي به ، انه ترك شهوته وطعامه وشرابه من أجلي))
“Puasa itu adalah untuk-Ku, dan Akulah yang akan membalasnya. Sungguh
dia telah meninggalkan syahwat, makanan dan minumannya semata-mata
karena Aku.”
Diriwayatkan dai Abu Said Al Khudri radhiallahu anhu, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:
((ما من عبد يصوم يوماً في سبيل الله ، إلا باعد الله بذلك اليوم وجهه عن النار سبعين خريف))
“Tidaklah
seorang hamba berpuasa sehari di jalan Allah melainkan Allah pasti
menjauhkan dirinya dengan puasanya itu dari api neraka selama tujuh
puluh tahun.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Adapun dalil yang menunjukkan disunnahkannya puasa pada hari-hari bulan dzulhijjah adalah:
Sebagaimana
diriwayatkan Imam Ahmad dari Hafshah binti Umar bin Khattab ra.:
"Sesungguhnya Nabi saw. Tidak pernah meninggalkan puasa pada hari-hari
tersebut".
فإن النبي صلى الله عليه وسلم كان يصومها كما روى ذلك
الإمام أحمد وأصحاب السنن عن حفصة بنت عمر بن الخطاب رضي الله عنهم: (أن
النبي صلى الله عليه وسلم كان لا يدع صيامَها) وهذا هو القول الراجح.
Dari Hunaidah bin Kholid, dari istrinya, beberapa istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan,
“Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa pada sembilan hari awal
Dzulhijah, pada hari ‘Asyura’ (10 Muharram), berpuasa tiga hari setiap
bulannya, …”1
Di antara sahabat yang mempraktekkan puasa selama
sembilan hari awal Dzulhijah adalah Ibnu ‘Umar. Ulama lain seperti Al
Hasan Al Bashri, Ibnu Sirin dan Qotadah juga menyebutkan keutamaan
berpuasa pada hari-hari tersebut. Inilah yang menjadi pendapat mayoritas
ulama.2
"من صام أيام العشر كتب له بكل يوم سنة غير يوم عرفة، فإنه من صام يوم عرفة كتب له صوم سنتين". "ابن النجار عن جابر"
Begitu
juga pada sepuluh hari pertama bulan dzulhijjah terdapat hari arafah,
yang juga disunnahkan pada hari ini untuk berpuasa:
((سُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَرَفَةَ فَقَالَ يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ وَالْبَاقِيَةَ))
"Rasulullah
SAW pernah ditanya tentang puasa hari Arafah, beliau menjawab, “Puasa
itu menghapus dosa satu tahun yang lalu dan satu tahun berikutnya.” (HR.
Muslim).
Dari Hinaidah bin Khalid radhiallahu anhu, dari
istrinya dari sebagian istri-istri Rasululllah Shalallahu ‘Alaihi
Wassalam, dia berkata: “Adalah Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam
berpuasa pada tanggal sembilan Dzulhijjah, sepuluh Muharram dan tiga
hari setiap bulan.” (HR. Ahmad, Abu Daud dan Nasa’i)
Imam Nawawi berkata tentang puasa sepuluh hari bulan Dzulhijjah: “Sangat di sunnahkan.”
3. Shalat
Disunnahkan
untuk bersegera dalam melakukan shalat-shalat fardhu dan memperbanyak
shalat-shalat sunnah. Karena shalat adalah ibadah yang paling utama bagi
seorang hamba untuk mendekatkan diri dengan Rabb nya.
Diriwayatkan
dari Tsauban -Radhiyallahu ‘anhu-, beliau berkata, “Aku mendengar
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
((عليك بكثرة السجود لله فانك لا تسجد سجدة الا رفعك اليه بها درجة, و حط عنك بها خطيئة))
“Hendaklah
kalian memperbanyak sujud kepada Allah, karena sesunggguhnya tidaklah
engkau melakukan satu sujud melainkan Allah akan mengangkat derajatmu
dan menghapuskan kesalahanmu” (HR. Muslim).
Hadits ini berlaku umum pada setiap waktu.
4. Puasa hari Arafah
Puasa
hari arafah ditekankan dilaksanakan bagi orang yang tidak sedang
menunaikan haji, sebagaimana hadits Rasulullah shallallahu
‘alaihiwasallam tentang hari Arafah, bahwa beliau berkata,
“Aku berharap Allah akan melebur dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang” (HR. Muslim)
5. Menunaikan Haji dan Umroh
Yang
paling utama ditunaikan di sepuluh hari pertama Dzulhijah adalah
menunaikan haji dan umrah ke Baitullah. Allah Ta’ala berfirman,
((وَلِلّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلاً))
"Mengerjakan
haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang
sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah" . (Al Imran: 96)
Kedua
amalan ini memiliki pahala yang besar, sebagaimana yang ditunjukkan
dalam sebuah hadits, dimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda, ”Umrah yang satu ke umrah yang lainnya merupakan kaffarat
(penghapus dosa-dosa) diantara keduanya, sedang haji mabrur, tidak ada
balasan baginya kecuali Syurga”3
Begitu juga bahwa haji itu merupakan jihad.
((سألت عائشة النبي صلى الله عليه وسلم: (هل على النساء جهاد؟ قال صلى الله عليه وسلم: عليهن جهاد لا قتالَ فيه: الحج والعمرة))
"Sayyidah
Aisyah ra. Bertanya kepada Rasulullah saw: "Apakah perempuan diwajibkan
untuk berjihad? Rasulullah saw. Berkata: Ya, kepada mereka diwajibkan
jihad yang didalamnya tidak terdapat peperangan: yaitu haji dan umrah"
6. Berqurban
Di
hari Nahr (10 Dzulhijah) dan hari tasyriq disunnahkan untuk berqurban
sebagaimana ini adalah ajaran Nabi Ibrahim ‘alaihis salam. Memotong
hewan qurban (Udhiyah) bagi yang mampu pada hari raya Qurban (10
Dzulhijjah) dan hari-hari Tasyrik (11-13 Dzulhijjah). Sebagaiaman firman
Allah Shubhaanahu wa ta’ala ,
((فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ))
"Maka dirikanlah shalat karena Rabbmu dan berkurbanlah" (QS. Al Kautsar : 2)
Berkata
sebahagian ahli tafsir yang dimaksud dengan berqurban dalam ayat ini
adalah menyembelih udhiyah (hewan kurban) yang dilakukan sesudah shalat
‘Ied. Untuk itu bagi yang mampu berkurban maka hendaknya berkurban,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
((من كان له سعةُ و لم يُضَحِّ فلا يَقربنَّ مُصلا نا))
"Barangsiapa memiliki keleluasaan (rezeki) lalu dia tidak berkurban, maka janganlah dia mendekati tempat sholat kita".4
7. Sholat Ied
Melaksanakan
shalat `Idul Adha dan mendengarkan khutbahnya. Setiap muslim hendaknya
tahu akan hikmah disyariatkannya hari raya ini. Hari ini adalah hari
bersyukur dan beramal kebajikan. 10 Dzulhijjah merupakan hari yang
paling agung di sisi Allah, sebagaimana sabda Rasulullah :
((أَعْظَمُ الْأَيَّامِ عِنْدَ اللهِ يَوْمُ النَّحْرِ ثُمَّ يَوْمُ اْلقِرِّ.))
"Seutama-utama hari di sisi Allah ialah hari Iedul `adh-ha kemudian hari berikutnya"
8. Bertaubat
Termasuk
yang ditekankan pula di awal Dzulhijah adalah bertaubat dari berbagai
dosa dan maksiat serta meninggalkan tindak zholim terhadap sesama.
Keutamaan ke-tiga dari bulan dzulhijjah adalah:
3. Di dalamnya ada hari Arafah
Keutamaan
ke-tiga dari Keutamaan Sepuluh Hari Pertama Bulan Dzulhijjah adalah,
pada waktu itu ada hari Arafah, yaitu jatuh pada tanggal 9 Dzulhijjah.
Pada hari itu jama'ah haji diwajibkan melakukan wukuf yang merupakan
puncak ibadah haji. Sedangkan bagi umat Islam yang tidak sedang
menjalankan ibadah haji disunnah melakukan puasa arafah yang
keutamaannya dapat menghapus dosa selama dua tahun.
((سُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَرَفَةَ فَقَالَ يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ وَالْبَاقِيَةَ))
Rasulullah SAW pernah ditanya tentang puasa hari Arafah, beliau
menjawab, “Puasa itu menghapus dosa satu tahun yang lalu dan satu tahun
berikutnya.” (HR. Muslim)
4. Pahala Amal di Hari-hari itu Dilipatgandakan
Keutamaan
ke-empat dari Keutamaan Sepuluh Hari Pertama Bulan Dzulhijjah adalah,
amal-amal pada hari itu dilipatgandakan pahalanya, baik amal di siang
hari maupun amal di malam hari.
((مَا مِنْ أَيَّامٍ أَحَبُّ
إِلَى اللَّهِ أَنْ يُتَعَبَّدَ لَهُ فِيهَا مِنْ عَشْرِ ذِى الْحِجَّةِ
يَعْدِلُ صِيَامُ كُلِّ يَوْمٍ مِنْهَا بِصِيَامِ سَنَةٍ وَقِيَامُ كُلِّ
لَيْلَةٍ مِنْهَا بِقِيَامِ لَيْلَةِ الْقَدْرِ))
"Tidak ada
hari-hari yang lebih disukai Allah untuk digunakan beribadah sebagaimana
halnya hari-hari sepuluh Dzulhijjah. Berpuasa pada siang harinya sama
dengan berpuasa selama satu tahun dan shalat pada malam harinya sama
nilainya dengan mengerjakan shalat pada malam lailatul qadar". (HR.
Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Baihaqi)
Tentu saja, ada pengecualian untuk puasa pada tanggal 10 Dzulhijjah karena pada hari itu diharamkan berpuasa.
Maka sudah seharusnya kita memperbanyak amalan sholeh pada hari-hari
tersebut, pada hari itu dilipat gandakan pahalanya. Bahkan amal ibadah
yang tidak utama bila dilakukan pada hari itu akan menjadi lebih utama
dan dicintai Allah daripada amal ibadah pada hari lainnya meskipun
merupakan amal ibadah yang utama, sekalipun jihad yang merupakan amal
ibadah yang amat utama, kecuali jihad orang yang tidak kembali dengan
harta dan jiwanya.
5. Di dalamnya Terdapat Idul Adha
Diantara
Keutamaan Sepuluh Hari Pertama Bulan Dzulhijjah adalah, pada akhir
waktu itu yaitu tanggal 10 Dzulhijjah adalah Hari raya Idul Adha yang
merupakan hari yang sangat istimewa bagi umat Islam.
Sebagian
besar kaum muslimin lalai dari hari yang agung ini. Padahal sebagian
besar ulama’ berpendapat bahwa hari tersebut merupakan hari yang paling
mulia secara mutlak bahkan dari hari Arafah sekalipun.
Berkata
Ibnu Qayyim -Rahimahullah- “Sebaik-baik hari di sisi Allah adalah Yaum
Nahr (hari berkurban), ia merupakan hari haji akbar”.
Sebagaimana
dalam Sunan Abu Daud, bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam berkata, “Sesungguhnya hari yang paling agung di sisi Allah
adalah Yaum Nahr, kemudian hari Qor”.Hari Qor adalah hari berdiam di
Mina, yaitu hari ke sebelas bulan Dzulhijjah.
Ada pula yang
berpendapat, hari Arafah lebih utama. Karena puasa pada hari tersebut
dapat menghapus dosa selama dua tahun, tidak ada hari yang lebih banyak
Allah membebaskan hamba-Nya dari api neraka dari hari Arafah, dan Allah
mendekat kepada hamba-hamba-Nya. Kemudian Allah berbangga kepada para
malaikat dengan banyaknya orang-orang yang wukuf.
Pendapat yang
paling benar adalah pendapat yang pertama, karena hadits yang
menunjukkan hal itu tidak bertentangan dengan apapun. Terlepas dari hari
apapun yang lebih baik, hari nahr ataupun hari arafah hendaklah kaum
muslimin bersemangat untuk meraih keutamaannya baik yang sedang berhaji
ataupun tidak. Untuk memperoleh keutamaannnya dan memanfaatkan
kesempatan tersebut (untuk beribadah).
6. Disyariatkannya Takbir Muthlaq
Keutamaan
Sepuluh Hari Pertama Bulan Dzulhijjah selanjutnya adalah
disyariatkannya takbir muthlaq (setiap saat) dan muqayyad (setelah
shalat fardhu). Kesempatan bertakbir ini jauh lebih panjang daripada
Idul Fitri.
Ibnu Taimiyah dalam majmu' Fatawa menjelaskan,
"Hendaklah takbir dilakukan mulai dari waktu fajar hari Arafah sampai
akhir hari Tasyriq ( tanggal 11,12,13 Dzulhijjah), dilakukan setiap
selesai mengerjakan shalat, dan disyariatkan bagi setiap orang untuk
mengeraskan suara dalam bertakbir ketika keluar untuk shalat Id. Ini
merupakan kesepakatan para imam yang empat".
7. Berkumpulnya Induk-induk Ibadah
Keutamaan
yang lain daripada Sepuluh Hari Pertama Bulan Dzulhijjah adalah
berkumpulnya induk-induk ibadah pada waktu itu. Sebab inilah yang
menjadikan 10 hari pertama bulan Dzhulhijjah begitu istimewa.
Imam
Ibnu Hajar al-Asqalani berkata, “Tampaknya sebab yang menjadikan
istimewanya sepuluh hari (pertama) Dzulhijjah adalah karena padanya
terkumpul ibadah-ibadah induk (besar), yaitu: shalat, puasa, sedekah dan
haji, yang (semua) ini tidak terdapat pada hari-hari yang lain.”
Kesimpulan
dari pembahasan kita di atas, mengapa sepuluh hari pertama dari bulan
dzulhijjah menjadi begitu istimewa karena di dalamnya terkumpul
induk-induk ibadah dari mulai shalat, haji, qurban, idul adha dsb. yang
mana tidak ditemukan pada bulan-bulan lainnya.
Karena
keistimewaannya itulah, maka disunnahkan bagi kita untuk memperbanyak
amalan sholeh. Dan amalan sholeh ini tidak terbatas pada amalan tertentu
saja.
Bagaimana menyambut hari-hari yang penuh kebaikan ini?
Selayaknya
setiap muslim menyambut hari-hari yang penuh kebaikan ini yang secara
umum adalah dengan taubat nasuha (taubat yang sungguhsungguh), serta
meninggalkan segala perbuatan dosa dan maksiat. Karena sesungguhnya dosa
dapat menghalangi seseorang dari memperoleh keutamaan Rabb-nya, dan
menutup hatinya dari Tuhannya. Juga dituntut untuk menyambut hari-hari
yang penuh kebaikan dengan usaha dan keinginan kuat dan sungguh-sungguh
untuk mendapatkan keberuntungandengan apa yang diridhai Allah Azza
wajalla. Maka barang siapa yang benar dengan tekadnya kepada Allah, maka
Allah akan memberikan petunjuk kepadanya.
“dan
orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benarbenar
akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami” (QS. AlAnkabut:69)
Allah juga berfirman:
“dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga
yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang
yang bertakwa” (QS. Ali Imran: 133)
Semoga kita semua
bisa menggunakan kesempatan emas berburu kebaikan pada bulan ini,
sebelum datang penyesalan. Dan semoga kita semua termasuk dalam golongan
yang dimaksudkan Allah dengan firmanNya:
“Sesungguhnya
mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan)
perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepadaKami dengan harap
dan cemas. dan mereka adalah orang-orang yang khusyu' kepada kami.” (QS.
Al-Anbiya’:90)
Alhamdulillah..
Wallahu 'Alam
Katameya nan aman, tentram sejahtera.. 12 oktober 2012
Referensi:
Dari berbagai sumber:
1. Al-Quranul Kariim
2. Terjemah al-Quran DEPAG
3. Tafsir Ibnu Kastir
4. Tafsir at-Thabari
5. Syarh 'Arbai'n an-Nawawiyyah, Mudha'afatu al-Hasanat fi al-Auqaat wal Amakin al-Faadilah, "athiyyah bin Muhammad Salim
6. Jaami'ul al-Ahadis, Jalaluddin as-Suyuti
7. Jam'ul Jawami', Imam As-Suyuti
8. Riyadushaalihin, Imam Nawawi
9. Katrul 'Amal Fi Sunani al-aqwaal wal al-'af'aal, 'Alauddin Ali bin Hisamuddin
10.
Keutamaan Sepuluh Hari Pertama bulan Dzulhijjah, Serta Hukum Seputar
Iedul Adha dan Penyembelihan Hewan Kurban, Abdul Malik al-Qasim 11.
http://almanhaj.or.id/ 12. http://assunnahsurabaya.wordpress.com/
0 komentar:
Post a Comment