Diposkan oleh
FOSQI Kairo
Oleh: Caca Anastasia
Potensi Manusia : KEBUTUHAN NALURI (Al-Gharizah)&KEBUTUHAN JASMANI (Hajatul Adlawiyah)
Allah SWT telah menciptakan manusia dan menjadikanya sebagai
sebaik-baik makhluk dengan memberikan kepadanya akal untuk membedakan
baik dan buruk dimana Allah SWT telah mengutus rasul-Nya dalam rangka
menjelaskan kepada manusia mana yang baik dan mana yang buruk terhadap
seluruh aktivitasnya.
Allah SWT juga telah menciptakan potensi kehidupan (thaqatul hayawiyah) pada diri manusia, yang berupa :
1.KEBUTUHAN NALURI (Al-Gharizah). Yang terdiri dari :
a. Naluri beragama (Gharizatut Taddayun)
b. Naluri mempertahankan diri (Gharizatul Baqa)
c. Naluri melangsungkan keturunan (Gharizatun Nau’)
2. KEBUTUHAN JASMANI (Hajatul Adlawiyah),yang penampakanya berupa rasa lapar, rasa haus, menghirup udara dan lain-lain.
Perbedaan dalam segi pemenuhan kebutuhannya, dari kedua potensi
kehidupan manusia diatas ialah: kalau kebutuhan jasmani (Hajatul
Adlawiyah) tidak dipenuhi maka akan mengakibatkan kematian. Namun tidak
demikian dengan kebutuhan Naluri (Al-Gharizah) jika tidak dipenuhi tidak
sampai mengakibatkan kematian akan tetapi hanya menimbulkan perasaan
gelisah saja pada diri manusia.
Naluri beragama (Gharizatut
Tadayyun). Penampakannya mendorong manusia untuk mensucikan sesuatu yang
mereka anggap sebagai wujud dari Sang Pencipta, maka dari itu dalam
diri manusia ada kecenderungan untuk beribadah kepada Allah, perasaan
kurang, lemah dan membutuhkan kepada yang lainya. Hanya saja diantara
manusia banyak yang keliru dalam rangka memenuhi kebutuhan naluri yang
satu ini. Contohnya diantara manusia ada yang menyembah berhala,
mensucikan pohon keramat, dijawa ada khurafat “Dewi Sri, Nyi roro
kidul”, menyembah sesama manusia dan lain-lain. Ada kisah orang atheis
pun yang katanya tidak mengakui adanya tuhan, toh mereka juga mensucikan
orang-orang tertentu semacam lenin dan stelin. Semua itu sebenarnya
penampakan dari naluri yang memang diberikan oleh Allah SWT sebagai sang
penciptanya. Adanya kebutuhan ini dalam AL-quran telah di isyaratkan.
Allah SWT berfirman:
Dan apabila manusia itu ditimpa kemudaharatan,
dia memohon (pertolongan) kepada Tuhannya dengan kembali kepada-Nya;
kemudian apabila Tuhan memberikan ni’mat-Nya kepadanya lupalah dia akan
kemudharatan yang pernah ia berdo’a (kepada Allah) untuk
(menghilangkannya) sebelum itu, dan dia mengada-adakan sekutu-sekutu
bagi Allah untuk menyesatkan (manusia) dari jalan-Nya. Katakanlah :
“Bersenang-senanglahlah dengan kekafiranmu itu sementara waktu;
sesungguhnya kamu termasuk penghuni neraka”. (QS Az Zumar 8)
Naluri mempertahankan diri (Gharizatul Baqa). Penampakanya mendorong
manusia untuk melaksanakan berbagai aktivitas dalam rangka melestarikan
kelangsungan hidup. Berdasarkan hal ini maka pada diri manusia ada rasa
takut, keinginan menguasai, cinta pada bangsa dan lain-lain. Adanya
naluri ini telah diisyaratkan dalam Al-Quran. Allah SWT ber firman :
“Dan apakah mereka tidak melihat bahwa sesungguhnya Kami telah
menciptakan binatang ternak untuk mereka yaitu sebagai bagian dari apa
yang telah Kami ciptakan dengan kekuasaan kami sendiri, lalu mereka
menguasainya ?” (QS Yaasin : 71)
Naluri melangsungkan keturunan
(Gharizatun nau”). Penampakanya akan mendorong manusia melangsungkan
jenis manusia. Sebagai penampakan dari naluri ini, manusia memiliki
kecenderungan seksual, rasa kebapakkan, rasa keibuan, cinta pada anak2,
cinta pada orang tua, cinta pada orang lain dan lain-lain. Adanya naluri
ini telah banyak diisyaratkan dalam Al-Quran. Contohnya rasa suka
terhadap lawan jenis, Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya wanita itu
telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan yusuf, dan yusufpun
bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu andaikata dia tidak melihat
tanda (dari) Tuhannya. Demikianlah, agar Kami memalingkan daripadanya
kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba
kami yang terpilih.” (QS Yusuf : 24)
Tak aneh jika ada beberapa
agama yang melarang pengikutnya untuk memenuhi kebutuhan naluri satu ini
sehingga banyak pelanggaran2 seksual yang terkuak di berbagai tempat2
yang dianggapnya suci (baca saja : gereja).
KETERIKATAN PADA HUKUM SYARA’
Setiap muslim yang hendak melakukan perbuatan guna memenuhi kebutuhan
hidupnya, baik kebutuhan jasmani maupun kebutuhan naluri diwajibkan
secara syar’i mengetahui hukum Allah tentang perbuatan tersebut,
sehingga ia dapat berbuat sesuai dengan hukum syara’.
Allah SWT
telah mengutus rasul-Nya dalam rangka menjelaskan kepada manusia mana
yang baik dan mana yang buruk terhadap seluruh aktivitasnya.
(Mereka
Kami utus) selaku rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi
peringatan agar tidak ada alasan bagi manusia membantah Allah sesudah
diutusnya rasul itu.” (QS An Nisa’ 165)
Allah SWT tidak
membiarkan pemenuhan terhadap seluruh kebutuhan tersebut diserahkan
kepada keinginan hawa nafsu dan akal manusia semata. Sebab, hawa nafsu
itu umumnya mengajak kepada keburukan (ammaratum bissu) kecuali yang
dirahmati Allah. Demikian pula, akal manusia sangatlah lemah. Manusia
seringkali menyangka sesuatu baik padahal sebenarnya buruk, demikian
sebaliknya. “Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik
bagimu; dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk
bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui,” firman Allah
dalam surat Al Baqarah ayat 216.
Dan setiap perbuatan manusia
akan dimintai pertanggung jawabannya kelak. Begitulah Islam satu-satunya
agama yang haq sebagai solusi bagi diri manusia yang bisa memuaskan
akal, sesuai fitrah manusia dan menentramkan jiwa
0 komentar:
Post a Comment